Menu Bar

Sabtu, 23 Mei 2015

Teori Belajar Menurut Ivan P. Pavlov

Teori Ivan P. Pavlov

     Ivan P. Pavlov menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
-   Yang pertama, bila seekor anjing diberikan sebuah makanan (unconditioned stimulus) maka otomatis anjing akar mengeluarkan air liur (unconditioned response).
-    Kemudian yang kedua, jika hanya dibunyikan sebuah bel maka anjing tidak akan merespon ataupun tidak akan mengeluarkan air liur.
-    Yang ketiga, dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (unconditioned stimulus) setelah diberikan bunyi bel (conditioned stimulus) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (conditioned response) akibat pemberian makanan.
-    Yang keempat, setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (conditioned stimulus) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (conditioned response).

     Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika ada bunyi bel maka ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Teori Pavlov biasa dikenal dengan responded-conditioning atau teori classical conditioning. Menurut Pavlov, pengkondisian yang dilakukan pada anjing tersebut, dapat juga berlaku padamanusia. Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a.  Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.      Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

§  Adapun kelebihan dari teori Pavlov adalah:
-    Siswa tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luas dirinya, dan juga hal ini tentu sangat membantu dan memudahkan guru dalam dunia pendidikaan untuk melakukan pembelajaran terhadap peserta didiknya.
-    Terdapat stimulus tertentu yang mampu menggugah semangat siswa yang semula rendah.
-    Memberi pengaruh siswa dalam belajar, karena pendidik memberi stimulus atau rangsangan sedangkan siswa akan lebih termotivasi dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.

§  Adapun kelemahan dari teori Pavlov adalah:
-    Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk dalam belajar yang sangat kompleks dan tidak dapat diamati dalam satu perspektif saja.
-    Jika kondsisi ini dilakukan secara terus menerus, maka ditakutkan siswa akan mamilki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal seharusnya siswa atau anak harus memilki stimulus dari dalam dirinya sendiri dalam melakukan kegiatan belajar dan pemahaman yang diberikan oleh guru.


§  Implementasi Teori Pavlov Terhadap Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov bukanlah untuk mengembangkan teori belajar. Menyadari latar belakang tersebut, kita sebagai pendidik harus menempatkan teori Paplov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori conditioning sebagai referensi belajar secara fleksibel karena eksperimen Paplov adalah perilaku binatang. Padahal, subyek belajar adalah manusia. Tetapi menurut saya teori Pavlov cocok dan bias diterapkan di sekolah-sekolah dasar yang ada di Indonesia. Karena teori ini sangat efektif untuk menerapkan suatu kondisi yang dimana teori ini mengandalkan stimulus sebagai perangsangnya.



Mata Kuliah    : Pembelajaran PKN di SD

Dosen                : Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar