KEWIBAWAAN SEORANG GURU DI DALAM KELAS
Dita Nadia Alawiyah
Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dari
sebuah kewibawaan, untuk mengetahui bagaimana fungsi dari kewibawaan, untuk
mengetahui apa sajakah faktor agar seorang guru menjadi berwibawa dan untuk
mengetahui hal apa sajakah yang membuat peserta didik mau menuruti perintah sang
guru. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah metode studi pustaka. Guru
merupakan pribadi yang utuh untuk merubah perilaku dan kepribadian peserta
didik. Guru yang berwibawa adalah guru yang mampu mempengaruhi anak didik
berperilaku sesuai dengan apa yang ja katakana dan ia lakukan. Seorang guru
yang berwibawa tentu mampu mempengaruhi peserta didik untuk menuruti perintah
dari sang guru.
Kata Kunci: Kewibawaan Guru
PENDAHULUAN
Berbicara tentang pendidikan, kita tidak
bisa lepas dari pada tenaga pendidik itu sendiri. Agar bisa menjadi tenaga
pendidik yang baik dan profesional. Di samping mempunyai atau memiliki ilmu dan
seni dalam mendidik, seorang pendidik itu harus memiliki wibawa.
Kewibawaan dalam pendidikan merupakan
salah satu ciri pendidik ketika terjadi interaksi atau hubungan dalam kegiatan
belajar mengajar. Interaksi tersebut biasanya diwarnai oleh adanya aspek
pendidikan yang didasari kewibawaan. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa ada
ikatan hakiki antara pendidikan dan kewibawaan yakni kewibawaan yang diperlukan
oleh pendidikan.
Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa
Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya
mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai
kewibawaan atau gezaq terhadap orang
itu. Kewibawaan itu ada pada orang
dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu)
adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural dari Tuhan
untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut, karena terikat
oleh kewajiban.
Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996)
menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan
siswa terhadap gurusebagai pendidik yang memberi tuntunan dan nilai-nilai
manusiawi. Sedangkan Charles Schaefer menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif
didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan
dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati.
Oleh sebab itu, seorang pendidik
diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada
pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasikan. Guru yang
berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya terpengaruhi oleh tutur
katanya, pengajarannya, patuh kepada nasihatnya, dan mampu menjadi magnet bagi
siswanya sehingga siswanya akan terkesima dan tekun menyimak pengajarannya.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka.
Yakni mengkaji berbagai literatur untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang
mengandung kepemimpinan dan daya tarik. Perlu dipahami bahwa kewibawaan yang
dimillki seseorang ada yang berupa alamiah dan non alamiah. Kewibawaan alamiah
adalah kewibawaan yang diperoleh dari suatu keturunan, seperti kewibawaan orang
tua (bapak-ibu) pada anaknya. Anak dengan sendirinya merasa sungkan atau rikuh
pada bapak-ibunya walaupun mereka tidak menjadi pejabat, tidak berpengetahuan,
dan tidak pula berharta.
Kewibawaan non alamiah adalah kewibawaan
yang berasal dari eksternal, yaitu orang lain yang dianggap mempunyai makna
penting dalam kehidupannya, seperti jabatan, usia lebih tua, harta, dan
pengetahuan. Kewibawaan selalu diharapkan oleh setiap guru karena mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a.
Bagi guru
Fungsinya yakni guru mendapat simpatik
pada peserta didiknya yang tumbuh dari hati nurani siswa itu sendiri. Hal ini
tentunya akan memperlancar proses pembelajaran, baik secara langsung ataupun
tidak langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bersama.
b.
Bagi siswa
Dengan kewibawaan guru siswa pasti mudah
mengikuti aturannya dan siswa pun akan mencapai hasil belajar yang maksimal.
c.
Bagi sekolah
Semua tergantung pada kewibawaan guru
dalam sekolah tersebut. Artinya, sekolah akan kualitas manakala guru-gurunya
berwibawa. Sebaliknya, sekolah akan menjadi tidak berkualitas, siswanya nakal,
banyak yang tidak lulus ujian, apabila guru-gurunya tidak berwibawa.
d.
Bagi pemerintah
Apabila guru sudah berwibawa dan sekolah
berkualitas, maka pemerintah akan mempunyai generasi yang akan meneruskan
pemerintahan dengan berkualitas pula.
Di dalam kelas terdapat interaksi
belajar antara guru dan siswa dengan seperangkat media yang diperlukan.
Keberadaan guru dalam kelas tidak hanya sekedar memantau siswa belajar ilmu
pengetahuan, melainkan bagaimana guru membentuk sikap atau perilaku siswa. Disamping
itu, di dalam kelas guru berperan pula membentuk keterampilan siswanya. Dalam
belajar di kelas, siswa lebih banyak meniru perilaku guru dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, guru ketika mengajar di kelas hendaknya
berwibawa sehingga dapat membentuk perilaku atau kepribadian siswa. Kewibawaan
guru dalam kelas dapat ditempuh dengan jalan; sikap, kognitif maupun
keterampilan.
1.
Kewibawaan Sikap
Kewibawaan sikap
merupakan bagian dari ranah afektif selain kemauan menerima, menanggapi,
berkeyakinan, penerapan karya, dan ketekunan.
Menerima,
artinya sikap yang memperhatikan
untuk memperoleh sesuatu dari objek sebagai rangsangannya, seperti menerima
pendapat orang lain dari buku yang telah dibaca. Menanggapi, adalah sikap dalam merespon stimulant dengan penuh
perhatian, antusias, proaktif, seperti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dan
menjawab pertanyaan guru. Berkeyakinan, yaitu
sikap untuk menerima sistem nilai, norma dan etika. Penerapan karya, merupakan sikap menerima pada berbagai sistem nilai,
moral atau etika yang berbeda-beda berdasarkan suatu sitem nilai yang tinggi
dan lebih baik. Ketekunan, sikap yang
memiliki sistem nilai, moral atau etika paling tinggi untuk menyesuaikan diri
dalam berperilaku dan dijadikan dasar dalam melihat sesuatu secara objektif.
Kewibawaan sikap
tersebut, guru hendaknya mampu menanamkan kepada siswanya secara utuh, tidak
sepotong-potong. Siswa mempunyai sikap
saling menghargai antar teman, terutama kepada guru. Dengan kewibawaan
guru yang berbentuk sikap dalam kelas ini, tentu akan menjadikan proses
pengajaran berjalan efektif dan efisien.
2.
Kewibawaan
Kognitif
Guru hendaknya
berwibawa dalam kelas melalui penguasaan materi ajar dengan menggunakan
kemampuan otak yang maksimal. Kewibawaan ini dapat ditempuh dengan langkah:
a.
Pengetahuan, merupakan
kumpulan dari objek yang hendak diketahui oleh siswa. Sebelum guru menyampaikan
pengetahuan kepada siswa hendaknya dipersiapkan secara matang sehingga siswa
puas dan dapat termotivasi serta gurunya pun berwibawa.
b.
Pemahaman, yaitu
aktivitas untuk memahami sesuatu dengan cara menginterpretasikan, menjelaskan,
dan mampu membuat kesimpulan untuk dijadikan suatu konsep, prinsip, teori atau
dalil.
c.
Penerapan,
adalah kemampuan untuk menjelaskan atau menafsirkan materi ajar yang sudah disampaikan
kepada siswa untuk diterapkan dalam situasi baru, yaitu kemampuan menerapkan
konsep, prinsip teori atau dalil sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
d.
Analisis, yaitu
kemmpuan guru dalam mengidentifikasi atau menjabarkan materi ajar menjadi
bagian-bagian yang mempunyai hubungan antar satu dengan lainnya sehingga
bagian-bagian tersebut menjadi utuh dan mudah dimengerti. Disinilah guru
mempunyai tugas yang agak berat karena tingkat analisis siswa berbeda-beda.
e.
Sintesis,
yakni kemampuan guru dalam menyatukan bagian-bagian yang sudah terpisah sesuai
sifat dan jenis masalah yang terdapat dalam materi pelajaran sehingga menjadi
bagian yang utuh. Dalam hal ini guru menyajikan data, fakta dan informasi untuk
diolah dan dirumuskan sehingga menjadi pola yang terstruktur dengan baik.
f.
Evaluasi,
adalah kemampuan guru untuk mengadakan penilaian atas hasil belajar siswa
berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan dalam bidang materi ajar. Dengan
evaluasi ini, guru diharapkan pula obyektif sehingga mampu menjadikan siswa
percaya, taat, dan tunduk kepadanya dengan sungguh-sungguh, tidak hanya sekedar
ketakutan yang terpaksa.
3.
Kewibawaan
Keterampilan
Ketarampilan merupakan
wujud siswa dalam menerapkan suatu teori. Artinya, siswa tidak hanya diharapkan
pandai dalam ranah afektif (sikap), kognitif (intelektual) semata, akan tetapi
keterampilan siswa dalam menerapkan sesuatu menjadi keniscayaan untuk menjadi
siswa yang berhasil dalam belajar. Guru akan berwibawa dalam kelas apabila ia
terampil menerapkan sesuatu yang sesuai dengan materi pelajaran kepada
siswanya. Kewibawaan keterampilan guru ini dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut;
a.
Persepsi,
yaitu kesanggupan guru dalam memandang materi pelajaran dengan cara membuka
peluang siswa untuk berpikir dan berbuat sesuai dengan bahan ajar yang akan
dipelajari. Dalam hal ini guru menyuruh siswa untuk menggunakan keterampilan
indranya, seperti; tangan terampil memainkan alat musik, kaki terampil
memainkan bola dan lain-lainnya.
b.
Kesiapan,
yakni guru mempersiapkan diri materi pelajaran sesuai dengan tujuan siswa untuk
menjadi terampil. Kesiapan ini beraksentuasi pada melakukan kegiatan yang
dilandasi kesiapan mental, kesiapan fisik, dan kesiapan emosional. Apabila guru
mampu melakukan kesiapan tersebut, maka guru akan mudah menjadikan siswa
terampil dalam melakukan kegiatan yang imbasnya adalah guru benar-benar
berwibawa.
c.
Mekanisme,
merupakan bentuk kewibawaan guru di dalam kelas dengan cara terampil menanggapi
bahan ajar yang telah disampaikan kepada siswa atas dasar pertanyaan dan
permasalah siswa. Disinilah, guru membentuk kebiasaan siswa sehingga secara mekanik-otomistis siswa mahir dan terampil
menjalankan kegiatan pembelajaran.
d.
Respon terbimbing,
adalah memerintah anak untuk mengikuti dan mengulangi hingga sampai pada hasil
keterampilan yang benar. Siswa pun disuruh untuk melakukan sesuatu yang berupa
uji coba berdasarkan tanggapan dan kemampuan keterampilannya masing-masing
dengan bimbingan seorang guru.
e.
Kemahiran,
yaitu guru mengaiar di dalam kelas dengan tingkat kemapanan siswa. Artinya,
siswa dibentuk keterampilannya untuk berbuat sesuatu sehingga hasilnya lebih
baik dan waktunya lebih cepat. Disinilah kewibawaan guru akan menjadi bertambah
di hahadapan siswa.
f.
Adaptasi,
yaitu guru mengajar di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan individual
siswa. Siswa diberi kesempatan ntuk berkembang sendiri dengan cara mampu
memodifikasi pola gerak, berbuat, dan bertindak sesuai dengan kebutuhannya.
g.
Originasi,
yaitu kewibawaan guru dalam mengajar di kelas untuk menjadikan siswa terampil
dalam menciptakan sesuatu dengara sendirinya, tanpa bimbingan guru secara
langsung. Seperti; siswa terampil membuat komputer, siswa terampil membuat pola
pakaian, siswa terampil membuat desain rumah yang aman dan nyaman, dan lain
sebagainya.
KESIMPULAN
Menjadi seorang guru yang berwibawa tentu sangatlah
tidak mudah. Seorang guru yang berwibawa harus memiliki beberapa faktor penting.
Faktor penting tersebut bisa berasal dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya. Sebagai seorang guru yang berwibawa, tentu akan lebih mudah
mendapatkan perhatian dari siswa. Yang perlu diperhatikan agar kita bisa
menjadi guru yang berwibawa ialah bagaimana sikap kita yang meliputi menerima,
menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, dan ketekunan. Kemudian dari segi kognitif
kita yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Dan yang terakhir agar mampu menjadi guru yang berwibawa ialah
keterampilan yang kita miliki, yang meliputi persepsi, kesiapan, mekanisme,
respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan originasi.
SARAN
Seorang guru yang baik ialah guru yang mampu
mengajar siswanya dengan penuh kesabaran, keihklasan serta ketulusan hati.
Namun, tentu hal itu memang tidak mudah. Oleh karena itu penulis memberikan
saran agar para guru senantiasa selalu berusaha memberikan yang terbaik
khususnya untuk para siswa, dan juga guru harus memiliki kewibawaan di dalam
dirinya. Dengan hal ini, jika seorang guru memiliki kewibawaan yang terpancar
dari dalam dirinya. Maka niscaya insya Allah siswa akan selalu patuh dan
menuruti guru yang memiliki kewibawaan.
DAFTAR PUSTAKA
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2004.
Thoifuri, Menjadi
Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group. 2008
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar