Menu Bar

Sabtu, 20 Juni 2015

Artikel Kewibawaan Seorang Guru Di Dalam Kelas

KEWIBAWAAN SEORANG GURU DI DALAM KELAS
Dita Nadia Alawiyah


Abstrak

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna dari sebuah kewibawaan, untuk mengetahui bagaimana fungsi dari kewibawaan, untuk mengetahui apa sajakah faktor agar seorang guru menjadi berwibawa dan untuk mengetahui hal apa sajakah yang membuat peserta didik mau menuruti perintah sang guru. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah metode studi pustaka. Guru merupakan pribadi yang utuh untuk merubah perilaku dan kepribadian peserta didik. Guru yang berwibawa adalah guru yang mampu mempengaruhi anak didik berperilaku sesuai dengan apa yang ja katakana dan ia lakukan. Seorang guru yang berwibawa tentu mampu mempengaruhi peserta didik untuk menuruti perintah dari sang guru.

Kata Kunci: Kewibawaan Guru

PENDAHULUAN
Berbicara tentang pendidikan, kita tidak bisa lepas dari pada tenaga pendidik itu sendiri. Agar bisa menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional. Di samping mempunyai atau memiliki ilmu dan seni dalam mendidik, seorang pendidik itu harus memiliki wibawa.
Kewibawaan dalam pendidikan merupakan salah satu ciri pendidik ketika terjadi interaksi atau hubungan dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa ada ikatan hakiki antara pendidikan dan kewibawaan yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidikan.
Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang  berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan  atau gezaq terhadap orang itu.  Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut, karena terikat oleh kewajiban.
Menurut Weins Tanlain, dkk. (1996) menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan siswa terhadap gurusebagai pendidik yang memberi tuntunan dan nilai-nilai manusiawi. Sedangkan Charles Schaefer menjelaskan bahwa kewibawaan yang efektif didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yangdilaksanakan dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati.
Oleh sebab itu, seorang pendidik diharapkan memiliki sikap kewibawaan agar mampu membimbing siswa kepada pencapaian tujuan belajar yang sesungguhnya ingin direalisasikan. Guru yang berwibawa berarti guru yang dapat membuat siswanya terpengaruhi oleh tutur katanya, pengajarannya, patuh kepada nasihatnya, dan mampu menjadi magnet bagi siswanya sehingga siswanya akan terkesima dan tekun menyimak pengajarannya.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Yakni mengkaji berbagai literatur untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik. Perlu dipahami bahwa kewibawaan yang dimillki seseorang ada yang berupa alamiah dan non alamiah. Kewibawaan alamiah adalah kewibawaan yang diperoleh dari suatu keturunan, seperti kewibawaan orang tua (bapak-ibu) pada anaknya. Anak dengan sendirinya merasa sungkan atau rikuh pada bapak-ibunya walaupun mereka tidak menjadi pejabat, tidak berpengetahuan, dan tidak pula berharta.
Kewibawaan non alamiah adalah kewibawaan yang berasal dari eksternal, yaitu orang lain yang dianggap mempunyai makna penting dalam kehidupannya, seperti jabatan, usia lebih tua, harta, dan pengetahuan. Kewibawaan selalu diharapkan oleh setiap guru karena mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.       Bagi guru
Fungsinya yakni guru mendapat simpatik pada peserta didiknya yang tumbuh dari hati nurani siswa itu sendiri. Hal ini tentunya akan memperlancar proses pembelajaran, baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bersama.
b.      Bagi siswa
Dengan kewibawaan guru siswa pasti mudah mengikuti aturannya dan siswa pun akan mencapai hasil belajar yang maksimal.
c.       Bagi sekolah
Semua tergantung pada kewibawaan guru dalam sekolah tersebut. Artinya, sekolah akan kualitas manakala guru-gurunya berwibawa. Sebaliknya, sekolah akan menjadi tidak berkualitas, siswanya nakal, banyak yang tidak lulus ujian, apabila guru-gurunya tidak berwibawa.
d.      Bagi pemerintah
Apabila guru sudah berwibawa dan sekolah berkualitas, maka pemerintah akan mempunyai generasi yang akan meneruskan pemerintahan dengan berkualitas pula.

Di dalam kelas terdapat interaksi belajar antara guru dan siswa dengan seperangkat media yang diperlukan. Keberadaan guru dalam kelas tidak hanya sekedar memantau siswa belajar ilmu pengetahuan, melainkan bagaimana guru membentuk sikap atau perilaku siswa. Disamping itu, di dalam kelas guru berperan pula membentuk keterampilan siswanya. Dalam belajar di kelas, siswa lebih banyak meniru perilaku guru dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, guru ketika mengajar di kelas hendaknya berwibawa sehingga dapat membentuk perilaku atau kepribadian siswa. Kewibawaan guru dalam kelas dapat ditempuh dengan jalan; sikap, kognitif maupun keterampilan.
1.      Kewibawaan Sikap
Kewibawaan sikap merupakan bagian dari ranah afektif selain kemauan menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, dan ketekunan.
Menerima, artinya sikap yang memperhatikan untuk memperoleh sesuatu dari objek sebagai rangsangannya, seperti menerima pendapat orang lain dari buku yang telah dibaca. Menanggapi, adalah sikap dalam merespon stimulant dengan penuh perhatian, antusias, proaktif, seperti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dan menjawab pertanyaan guru. Berkeyakinan, yaitu sikap untuk menerima sistem nilai, norma dan etika. Penerapan karya, merupakan sikap menerima pada berbagai sistem nilai, moral atau etika yang berbeda-beda berdasarkan suatu sitem nilai yang tinggi dan lebih baik. Ketekunan, sikap yang memiliki sistem nilai, moral atau etika paling tinggi untuk menyesuaikan diri dalam berperilaku dan dijadikan dasar dalam melihat sesuatu secara objektif.
Kewibawaan sikap tersebut, guru hendaknya mampu menanamkan kepada siswanya secara utuh, tidak sepotong-potong. Siswa mempunyai sikap  saling menghargai antar teman, terutama kepada guru. Dengan kewibawaan guru yang berbentuk sikap dalam kelas ini, tentu akan menjadikan proses pengajaran berjalan efektif dan efisien.

2.      Kewibawaan Kognitif
Guru hendaknya berwibawa dalam kelas melalui penguasaan materi ajar dengan menggunakan kemampuan otak yang maksimal. Kewibawaan ini dapat ditempuh dengan langkah:
a.       Pengetahuan, merupakan kumpulan dari objek yang hendak diketahui oleh siswa. Sebelum guru menyampaikan pengetahuan kepada siswa hendaknya dipersiapkan secara matang sehingga siswa puas dan dapat termotivasi serta gurunya pun berwibawa.
b.      Pemahaman, yaitu aktivitas untuk memahami sesuatu dengan cara menginterpretasikan, menjelaskan, dan mampu membuat kesimpulan untuk dijadikan suatu konsep, prinsip, teori atau dalil.
c.       Penerapan, adalah kemampuan untuk menjelaskan atau menafsirkan materi ajar yang sudah disampaikan kepada siswa untuk diterapkan dalam situasi baru, yaitu kemampuan menerapkan konsep, prinsip teori atau dalil sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
d.      Analisis, yaitu kemmpuan guru dalam mengidentifikasi atau menjabarkan materi ajar menjadi bagian-bagian yang mempunyai hubungan antar satu dengan lainnya sehingga bagian-bagian tersebut menjadi utuh dan mudah dimengerti. Disinilah guru mempunyai tugas yang agak berat karena tingkat analisis siswa berbeda-beda.
e.       Sintesis, yakni kemampuan guru dalam menyatukan bagian-bagian yang sudah terpisah sesuai sifat dan jenis masalah yang terdapat dalam materi pelajaran sehingga menjadi bagian yang utuh. Dalam hal ini guru menyajikan data, fakta dan informasi untuk diolah dan dirumuskan sehingga menjadi pola yang terstruktur dengan baik.
f.       Evaluasi, adalah kemampuan guru untuk mengadakan penilaian atas hasil belajar siswa berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan dalam bidang materi ajar. Dengan evaluasi ini, guru diharapkan pula obyektif sehingga mampu menjadikan siswa percaya, taat, dan tunduk kepadanya dengan sungguh-sungguh, tidak hanya sekedar ketakutan yang terpaksa.

3.      Kewibawaan Keterampilan
Ketarampilan merupakan wujud siswa dalam menerapkan suatu teori. Artinya, siswa tidak hanya diharapkan pandai dalam ranah afektif (sikap), kognitif (intelektual) semata, akan tetapi keterampilan siswa dalam menerapkan sesuatu menjadi keniscayaan untuk menjadi siswa yang berhasil dalam belajar. Guru akan berwibawa dalam kelas apabila ia terampil menerapkan sesuatu yang sesuai dengan materi pelajaran kepada siswanya. Kewibawaan keterampilan guru ini dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut;
a.       Persepsi, yaitu kesanggupan guru dalam memandang materi pelajaran dengan cara membuka peluang siswa untuk berpikir dan berbuat sesuai dengan bahan ajar yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru menyuruh siswa untuk menggunakan keterampilan indranya, seperti; tangan terampil memainkan alat musik, kaki terampil memainkan bola dan lain-lainnya.
b.      Kesiapan, yakni guru mempersiapkan diri materi pelajaran sesuai dengan tujuan siswa untuk menjadi terampil. Kesiapan ini beraksentuasi pada melakukan kegiatan yang dilandasi kesiapan mental, kesiapan fisik, dan kesiapan emosional. Apabila guru mampu melakukan kesiapan tersebut, maka guru akan mudah menjadikan siswa terampil dalam melakukan kegiatan yang imbasnya adalah guru benar-benar berwibawa.
c.       Mekanisme, merupakan bentuk kewibawaan guru di dalam kelas dengan cara terampil menanggapi bahan ajar yang telah disampaikan kepada siswa atas dasar pertanyaan dan permasalah siswa. Disinilah, guru membentuk kebiasaan siswa sehingga secara mekanik-otomistis siswa mahir dan terampil menjalankan kegiatan pembelajaran.
d.      Respon terbimbing, adalah memerintah anak untuk mengikuti dan mengulangi hingga sampai pada hasil keterampilan yang benar. Siswa pun disuruh untuk melakukan sesuatu yang berupa uji coba berdasarkan tanggapan dan kemampuan keterampilannya masing-masing dengan bimbingan seorang guru.
e.       Kemahiran, yaitu guru mengaiar di dalam kelas dengan tingkat kemapanan siswa. Artinya, siswa dibentuk keterampilannya untuk berbuat sesuatu sehingga hasilnya lebih baik dan waktunya lebih cepat. Disinilah kewibawaan guru akan menjadi bertambah di hahadapan siswa.

f.       Adaptasi, yaitu guru mengajar di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan individual siswa. Siswa diberi kesempatan ntuk berkembang sendiri dengan cara mampu memodifikasi pola gerak, berbuat, dan bertindak sesuai dengan kebutuhannya.
g.      Originasi, yaitu kewibawaan guru dalam mengajar di kelas untuk menjadikan siswa terampil dalam menciptakan sesuatu dengara sendirinya, tanpa bimbingan guru secara langsung. Seperti; siswa terampil membuat komputer, siswa terampil membuat pola pakaian, siswa terampil membuat desain rumah yang aman dan nyaman, dan lain sebagainya.

KESIMPULAN
Menjadi seorang guru yang berwibawa tentu sangatlah tidak mudah. Seorang guru yang berwibawa harus memiliki beberapa faktor penting. Faktor penting tersebut bisa berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Sebagai seorang guru yang berwibawa, tentu akan lebih mudah mendapatkan perhatian dari siswa. Yang perlu diperhatikan agar kita bisa menjadi guru yang berwibawa ialah bagaimana sikap kita yang meliputi menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, dan ketekunan. Kemudian dari segi kognitif kita yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dan yang terakhir agar mampu menjadi guru yang berwibawa ialah keterampilan yang kita miliki, yang meliputi persepsi, kesiapan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan originasi.

SARAN
Seorang guru yang baik ialah guru yang mampu mengajar siswanya dengan penuh kesabaran, keihklasan serta ketulusan hati. Namun, tentu hal itu memang tidak mudah. Oleh karena itu penulis memberikan saran agar para guru senantiasa selalu berusaha memberikan yang terbaik khususnya untuk para siswa, dan juga guru harus memiliki kewibawaan di dalam dirinya. Dengan hal ini, jika seorang guru memiliki kewibawaan yang terpancar dari dalam dirinya. Maka niscaya insya Allah siswa akan selalu patuh dan menuruti guru yang memiliki kewibawaan.

DAFTAR PUSTAKA

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004.
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group. 2008



Mata Kuliah     : Pembelajaran PKN di SD

Dosen                : Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar