A. Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip - prinsip keilmuan secara holistik bermakna dan otentik.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembalajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang studi yang relevan akan membentuk skema, sehingga anak akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan kebutuhan belajar, pengetahuan, serta kebutuhan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang menginput beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memperbaiki pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane dalam Irianto, 1995 : 615). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik, dan unit tematiknya menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat 10 model merencanakan pembelajaran terpadu yang salah satunya adalah Model pembelajaran berbentuk sarang / kumpulan (Nested).
Menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan dalam Trianto, pembelajaran terpadu memiliki kelebihan yaitu: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan engan tingkat perkembangannya, (2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, (3) kegiatan belajar bermakna bagi anak, (4) keterampilan anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu, (5) kegiatan belajar mengajar siswa bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak, (6) keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain (2007: 12-13).
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: kesesuaian dunia anak yang merupakan dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa atau objek lebih terorganisir, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuat yang diperoleh, dan efisiensi waktu. Adapun beberapa landasan yang menjadikan pembelajaran terpadu menjadi sangat penting.
B. Landasan Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dikembangkan dengan landasan sebagai berikut (Depdikbud, 1996 : 5).
1) Progresivisme
Aliran progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, tidak artificial.pembelajaran di sekolah tidak seperti dalam keadaan dunia nyata sehingga tidak memberikan makna kepada kebanyakan siswa.
2) Konstruktivisme
Pada dasarnya aliran konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Belajar menurut pandangan konstruktivisme merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini member penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri (Suparno, 1997:18).
3) Developmentally Appropriate Practice
Prinsip dalam developmentally appropriate practice ini menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia, dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat dan bakat siswa. Misalnya untuk siswa SD yang berusia rata - rata 11 tahun (tahap operasi formal) sesuai perkembangan kognitif Piaget, telah memiliki kemampuan pemikiran abstrak sehingga dapat dirancang pembelajaran yang memberikan siswa dapa memecahkan masalah melalui kegiatan eksperimen.
Teori Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang sangat terkenal. Piaget membagi perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahap: sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Kecepatan perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut.
TABEL 2.1
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Tahap
|
Perkiraan Usia
|
Kemampuan-kemampuan Utama
|
Sensorimotor
|
Lahir sampai 2 tahun
|
Terbentuknya konsep “kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari prilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
|
Pra Operasional
|
2 sampai 7 tahun
|
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol - simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi
|
Operasi Kongkrit
|
7 sampai 11 tahun
|
Perbaikan di dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi - operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
|
Operasi Formal
|
11 tahun sampai dewasa
|
Pemikiran abstrrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
|
Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998:9)
Dari implikasi teori Piaget di atas, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajaran yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada siswa, tetapi guru dapat membangun siswa atau pelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
C. Pembelajaran Terpadu Model Nested (Tersarang)
Pembelajaran terpadu model Nested adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan bepikir (thingking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisasi (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Model pembelajaran terpadu tipe Nested atau tersarang adalah integrasi desain guna memperkaya segala hal yang digunakan oleh guru supaya terlihat lebih terampil. Mereka tahu bagaimana untuk mendapatkan jarak tempuh yang paling efektif dari pelajaran apapun. Tapi, dalam pendekatan Nested untuk instruksi perencanaan diperlukan beberapa sasaran yang tepat untuk belajar siswa. Namun, integrasi Nested mengambil keuntungan dari kombinasi alam sehingga tugas tersebut tampaknya cukup mudah.
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi.
Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
D. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Nested (Tersarang)
Menurut Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri - ciri, yaitu :
1) Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
2) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
3) Otentik
Pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4) Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Sedangkan menurut Trianto, Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk sebuah kegiatan awal. Seperti yang dicontohkan Fogarty (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thingking skill) dengan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berfikir (thingking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) (2012: 45).
Sub-sub keterampilan yang dapat dilakukan melalui model nested yang dikutip oleh Irianto dalam Model Pembelajaran Terpadu dari Forgaty dapat dilihatkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2
UNSUR - UNSUR KETERAMPILAN BERPIKIR, KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN MENGORGANISASI
Thinking Skill
|
Social Skill
|
Organizing Skill
|
Prediction
Inference
Hypothesize
Canmpare / contrast
Classify
Generalize
Prioritize
Evaluate
|
Attentive listening
Clarifying
Paraphrasing
Encouraging
Accepting ideas
Disagreeing
Concensus seeking
Summarizing
|
Web
Venn diagram
Flow chart
Cause – effect circle
Agree / disagree chart
Grid / matrix
Concept map
Fish bone
|
E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Dengan mengumpulkan (nesting) dan mengelompokkan (clustering) sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar, belajar siswa diperkaya dan ditingkatkan. Biasanya, pemusatan pada isi, strategi berpikir, keterampilan sosial, dan ide - ide yang secara tidak sengaja juga ditemukan. Pada hari-hari yang terlalu padat, kurikulum yang menumpuk, serta jadwal yang ketat, guru yang berpengalaman dapat mencari latihan - latihan yang tepat yang dapat menjadi kegiatan belajar dalam bidang yang beragam.
Model nested memberikan perhatian yang dibutuhkan untuk beberapa bidang pada waktu yang bersamaan, dan tidak membutuhkan beban waktu tambahan untuk bekerja dan merencanakan dengan guru yang lain. Dengan model ini, seorang guru secara mandiri dapat memberikan integrasi kurikulum yang luas.
1) Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested yaitu :
a Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
b Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
c Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan.
d Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
2) Kekurangan pembelajaran terpadu model Nested
Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati - hati.
Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok digunakan guru yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan keterampilan kooperatif dalam latihan - latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial, akan meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan.
F. Kegunaan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested sangat tepat digunakan oleh guru yang sedang mecoba memasukkan keterampilan berpikir danketerampilan bekerja sama kedalam isi pelajaran dalam konten-konten tertentu. Sehingga guru akan terus berusaha agar tataran belajar tepat, pemikiran dan tindakan pembelajaran akan tetap fokus dalam keterampilan berpikir dan keterampilan sosial serta akan meningkatkan pula pengalaman belajar secara keseluruhan. Sekarang keahlian khusus dalam 3 wilayah konsep dan sikap berintegrasi akan mudah dilalui dalam kegiatan terstruktur.
Model pembelajaran nested telah diujicobakan oleh beberapa guru untuk menanamkan kecakapan berpikir dan kecakapan bekerja sama dalam suatu mata pelajarannya. Dengan menjaga agar tujuan utama tetap tercapai, sementara dengan menambahkan kecakapan hidup yang lain dengan tujuan supaya tercapai juga kecakapan sosialnya, maka akan memperkaya isi dan makna pelajaran tersebut. Mengintegrasikan kecakapan berbicara misalnya pada 3 bidang konsep yang terpadu, maka siswa akan dengan mudah menguasai mata pelajarannya sebagai suatu kegiatan yang terstruktur.
G. Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
H. Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu model Nested
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1) Tahap Perencanaan
a Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal. Seperti contoh yang diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
b Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1) keterampilan berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan mengorganisasi.
d Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan tujuan pembelajaran khusus (indicator) yang meliputi; audience, baehaviour, condition dan degree.
e Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pelajar mandiri
b Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok
c Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran, menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model pebelajaran terpadu dengan baik.
3) Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
b Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Mata Kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar